Monday, November 1, 2010

JS , penulisan yang jujur

Posted by alisa at 1:57 AM

Entah mengapa disaat saya mulai ingin mengenal lebih dekat dengan Jurnalisme Sastrawi atau yang lebih dikenal Jurnalisme Narasi, segala sesuatunya yang berhubungan dengan itu sangat sulit didapatkan referensinya.

memang masih ada banyak referensi yang berbentuk sebuah buku menbenai Jurnalisme Sastrawi. namun yang saya herankan, beberapa referensi yang ada di dunia internet terutama dari website pantau, seolah semua dimusnahkan.

memang sudah diketahui banyak orang mengenai penutupan majalah pantau. namun itu bukan berarti akhir dari hidup Jurnalisme Sastrawi.

Setelah penutupan, pantau membuat website yang sekiranya bisa dikonsumsi bagi pencinta narasi, dan kini saya benar- benar membutuhkannya.

namun apa? semua tulisan yang berhubungan dengan pantau "dimusnahkan".

Jurnalisme Sastrawi...

Menurut saya gaya menulis Jurnalisme Sastrawi merupakan gaya menulis yang sangat jujur. Si penulis bebas mau menulis apa saja, sepanjang apapun, bisa menggunakan bahasa yang biasa penulis gunakan namun tidak berlebihan.

Pengenalan mengenai Jurnalisme Narasi ini (selanjutnya ditulis JS) saya mulai tahu sejak saya masuk ke semester lima di bangku kuliah saya. Kebetulan saya merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik dis alah satu Universitas Negri di Banten.

Awal saya mengontrak mata kuliah, JS menarik perhatian saya walaupun saya belum tahu sama sekali seperti apa itu JS.

Dosen yang membimbing mata kuliah ini merupakan dosen Filsafat pada saat saya semester tiga. Dosen yang menurut saya sangat tepat untuk mengajar mata kuliah ini.

Dosen yang sangat skeptis dan kritis. Sehingga memotivasi mahasiswa nya untuk sepert itu juga.

Hal pertama yang saya dapat mengenai JS adalah “tidak semua penulis/ wartawan bisa menulis JS” begitulah yang diungkapkan dose tersebut.

Hal itu membuat saya semakin tertarik dengan JS. Saya cari definisi mengenai Jurnalisme Sastrawi namun yang saya dapat adalah mengenai Jurnalisme Narasi.

Setelah saya tanya kepada sang dosen, ternyata memang JS dikenal anyak orang dengan Jurnalisme Narasi. Lalu saya kembali bertanya, mengapa di kampus kami menggunakan nama JS, dan beliau pun menjawab karena Kampus kami mengartikan langsung dari kata bahasa inggrisnya yang merupakan Literary Journalism.

Dari hasil pencarian saya mengenai definisi Jurnalisme Narasi yaitu tulisan yang sangat memperhatikan setiap detil pada suatu kalimat. Namun saya kembali berfikir, bahwa itu pengertiannya hampir sama dengan Feature. Pertanyaan tersebut pun saya ajukan kembali. Dan jawaban yang saya dapat, memang terdapat beberapa kesamaan antara Feature dengan JS, namun yang memebedakan secara jelasnya, JS lebih panjang daripada Feature, karakternya bisa sampai 5000. selain itu, didalam JS terdapat konflik, terdapat subjek yang terlibat dalam konflik tersebut.

Dan saya mengerti.

Lalu, pemikiran mengarah pada Novel.

Kalau begitu apa bedanya JS dengan Novel?

Novel memiliki karakter yang cukup panjang, memiliki konflik didalamnya, ya hampir sama.

Setelah saya tanyakan, sang dosen pun menjawab bahwa JS hampir sama dengan Novel, bisa dibilang JS adalah Novel yang faktual, tidak berkemayu- kemayu, tidak ada opini yang berlebihan di dalam JS, itu yang membedakannya.

Saya semakin menagkap jelas seperti apa itu JS, dan bagaimana untuk menulis JS.

Namun untuk saat ini yang saya butuhkan dalam menulis JS adalah proses belajar.

Raya ketidakpercayaan diri masih menjadi salah satu faktor penghambat saat ini untuk belajar.

Tapi, saya tetap percaya pada suatu kalimat bahwa kita bisa karena terbiasa.

0 comments:

Post a Comment

let search

 

i you we they Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei