Anjing- Anjing Sorong

Sekitar lima belas menit ku sepulang mengajar, ayahku pun tiba dirumah. Langsung ia mengganti pakaiannya dan duduk di ruang tamu bergabung bersamaku dan ibu ku. Ia bercerita tentang obrolannya tadi siang dengan petugas keamanan di kantornya. Sang security bercerita mengenai kejadian unik di kampung istrinya di Sorong, Irian Jaya.
 

Ada dua pulau yang dipisah oleh sungai besar, yang satu terdapat pemukiman masyarakat karena terdapat galian tambang, sedangkan satu lagi tidak dihuni manusia hanya ada pepohonan besar dan hewan- hewan.

Namun, ada keunikan di situ. Setiap waktu makan siang, para pekerja tambang membunyikan bel untuk memberi tanda waktunya makan siang. Dan setiap bel tersebut berbunyi, anjing- anjing yang ada di pulau seberang bergerombol berenang pergi ke pulau para pekerja tambang tersebut tengah makan siang. Memang disana selalu ada sisa- sisa yang ditinggalkan para pekerja makan saat makan siang. Dan para anjing- anjing tersebut teratur mencari sisa- sisa makanan yang ada.

            Bel juga dibunyikan apabila waktu makan siang telah selesai. Dan saat itu juga, anjing- anjing tersebut kembali beriringan berenang kembali ke pulau mereka di seberang sana. Keunikannya disini, jarak dari tempat pertambangan ke pulau sebrang tidaklah dekat, dan sungai yang memisahkan dua pulau tersebut juga cukup lebar dan dalam. Namun, tidak pernah ada yang tenggelam, bahkan tertinggal ataupun hilang. Anjing yang datang pada ahri ini dengan besok hari jumlahnya sama.

            Kisah ini juga mengingatkan kita akan ketepatan waktu yang dimiliki oleh anjing- anjing tersebut. Bayangkan, apabila anjing- anjing tersebut tidak datang tepat waktu makan siang, maka mereka pun tidak akan mendapatkan makanan, padahal usaha mereka untuk sampai ke pulau tersebut tidaklah mudah.