Mungkin pada awalnya belum banyak orang yang mengetahui tentang apa itu wikileaks. Namun belakangan ini wikileaks tengah menarik perhatian dunia akan aksinya yang telah membongkar dokumen rahasia dunia dalam medianya. Perhatian tertarik tidak hanya karena beritanya yang sangat sensitif, tetapi juga karena dokumen-dokumen yang hendak dipublikasikan berjumlah besar, terdiri dari 92.000 laporan sejak Januari 2004 sampai Desember 2009.
Salah satunya negara yang cukup gempar akan aksi yang dilakukan wikilaks adalah Amerika Serikat. WikiLeaks membocorkan ratusan ribu dokumen kabel milik Negara Paman Sam tersebut yang selama ini dinyatakan ‘berklasifikasi rahasia’ dengan kantor-kantor perwakilan diplomatiknya di berbagai belahan dunia.
Meskipun banyak perhatian yang diberikan terhadap dokumen bocoran yang menyangkut tentara AS, sebenarnya Wikileaks tidak hanya memberikan perhatian kepada negara Paman Sam saja. Dokumen tentang negara-negara lain juga dapat ditemukan di situsnya, termasuk tentang Indonesia. Dokumen Wikileaks tentang Indonesia berkisar dari analisis intelijen US Marines, analisis tentang masalah Lumpur Sidoarjo/Lumpur Lapindo, analisis Congressional Research Services tentang berbagai topik Indonesia, antara lain tentang gerakan separatis dan terorisme di Indonesia.
Banyak negara pun geram dengan Wikileaks dan mengincar direktur utama media tersebut yakni Julian Assange. Julian memang sebelumnya pernah berurusan dengan pihak yang berwajib karena laporan pelecehan seksual dan pemerkosaan, namun karena tidak ada bukti yang nyata dan cukup maka Jullian pun tidak ditahan. Namun sepertinya itu hanya bentuk upaya dari berbagai pihak agar kegiatan operasional wikileaks tidak berjalan.
Beberapa waktu lalu sesuai janjinya Julian menyerahkan diri ke pihak kepolisian terkait masalah pemberitaan media yang dikelolanya. Namun tak sesuai harapannya, ketika sampai ditempat Assange langsung ditahan. Itu semua atas surat perintah penangkapan dari permintaan aparat berwenang Swedia yang menjadi dasar polisi Inggris menahan warga Australia berusia 39 tahun itu.
Bagi para pendukungnya, Julian Assange adalah seorang pejuang kebenaran yang gagah berani. Seorang jurnalis sejati yang mengungkapkan segala kebenaran tanpa berpihak pada satu sisi manapun. Tampak seperti seorang idealis yang mengklaim berjuang demi membeberkan ketidakadilan dan bermimpi tentang tranparansi total dalam bertatakelola. Namun bagi para pengkritiknya, dia adalah pencari publisitas yang telah membahayakan jiwa banyak orang dengan menyajikan informasi peka ke ranah publik. Melanggar kode etik secara luas karena telah mempublikasikan segala rahasia negara.
Namun terlepas dari pro dan kontra atas tindakan WikiLeaks yang telah merilis kawat diplomatik rahasia kepada publik, yang jelas saat ini telah dimulai perjuangan yang berat bagi Julian Assange WikiLeaks menghadapi raksasa dunia. Tampaknya sudah hal yang lumrah dan alamiah bahwa di dunia ini untuk menggapai 'kejayaan' harus menghadapi banyak rintangan, hambatan, tantangan, halangan, badai, dipersempit ruang geraknya, digencet kekuatannya, ditekan penyokongnya, dan 'dihancurkan' fasilitasnya.
Baik tindakan itu legal maupun ilegal, sesuai hukum atau melanggar hukum, di dunia nyata atau di dunia maya, di masyarakat modern atau masih tradisional, di negara kaya atau di negara miskin, di negara maju atau di negara terbelakang, di negara liberal atau di negara sosialis atau komunis, berlaku hukum 'tidak ada kemuliaan, kejayaan, dan keharuman nama tanpa melalui perjuangan'. Teknologi informasi dan kecerdasan manusia memang luar biasa. Dunia yang luas seakan menjadi kecil. Informasi 'apapun' di dunia ini dapat diketahui dalam hitungan detik. Sistem perlindungan 'canggih' terhadap informasi yang bersifat rahasia dapat dibobol dengan mudahnya.
Pada dasarnnya memang tidak mungkin negara membeberkan semua memberikan transparansi langsung kepada warga negaranya terhadap semua keputusan atau kejadian. Dan disini media bertugas mempublikasikan fakta atau kenyataan yang perlu diketahui oleh publik. Dan media juga harus berpihak pada masyarakat, tidak takut untuk memberitakan suatu fakta, karena masyarakat yang demokratis membutuhkan suatu media yang kuat
Memang kejujuran dan kebenaran tidak hanya milik perorangan, kelompok, komunitas, organisasi tetapi juga harus dimiliki oleh negara atau pemerintah. Karena itu pemerintah atau negara harus selalu bertindak dengan kebenaran dan kejujuran. Karena pertimbangan sesuatu hal, maka ada informasi yang bersifat sangat rahasia, rahasia, terbatas, dan terbuka. Keterbukaan informasi publik tidak dapat dilakukan secara total. Namun bila ada media yang mampu melakukannya untuk mengungkap semua itu tampaknya banyak orang di dunia ini yang menyukai dan mendukungnya.
Karena pada dasarnya semua orang di dunia ini tanpa memandang warna kulit, suku, ras, bangsa, bahasa, agama, budaya, adat istiadat, tingkat sosial dan ekonomi adalah orang yang jujur. WikiLeaks, sebuah media kuat yang mempublikasikan fakta-fakta yang perlu diketahui publik tanpa rasa takut. Media yang membantu dalam menjaga pemerintah untuk tetap jujur. Pemerintah tidak boleh berbohong kepada rakyatnya tentang apa yang dilakukannya.
Semoga saja aksi pembocoran oleh WikiLeaks ini menandai awal dari akhir rezim kerahasiaan negara dan sikap bermuka dua pemerintah yang pernyataan dan tindakannya sering tidak sejalan. Namun tetap saja semua kemali pada diri individu masing- masing terutama pada diri pemerintah tiap negara. Seberapa besar ia peduli dan cinta terhadap negaranya, dan seberapa mau ia berjuang dan berkorban untuk membangun negaranya untuk terus melakukan kemajuan.
Oleh : Alisa Agustine
5E / Jurnalistik
Sunday, January 2, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment