THAT XX.
You don’t know what he does behind you.
By: Nadia Winda
Chapter
3:
Should
I Tell That…
“Lihat
saja , jika kau berani menyakitinya barang setitik, aku tidak akan
melepaskanmu.”
Kyu Hyun POV’s
“Ada apa oppa memangilku kemari? Kedengarannya
penting.”
Aku dan Seo Hyun duduk berhadapan di
café. Pikiranku kacau, aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya pada gadis
di depanku ini. Haruskah aku jujur dengan apa yang aku lihat?
Aku memandang Seo Hyun yang sedang
menatap keluar jendela. “Seo Hyun-ah, sudah berapa lama hubunganmu dengan Chang
Min?”
Seo Hyun mengalihkan tatapannya dari
jendela dan menatapku. “Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”
“Jawab saja.”
“Dua tahun.”
“Seandainya… Chang Min melakukan
sesuatu yang, well, menyakitimu, apa yang akan kau lakukan?”
Seo Hyun menatapku seperti menatap
pencuri yang membawa pergi uang ratusan juta. “Oppa, sebenarnya ada apa? Kau
aneh sekali sejak tadi”.
Aku kembali menghela napas. Ya
Tuhan, bagaimana caranya aku memberitahu gadis ini? Aku sendiri bingung dengan
pikiranku. Setengah diriku ingin mengatakan kenyataan, tapi bagian lain diriku
takut melihatnya kecewa. Didepanku Seo Hyun tampak sedikit bosan menunggu
jawabanku.
Keheningan diantara kami pecah
karena nada dering ponsel. Seo Hyun mengecek smartphonenya dan mengangkat
telepon.
“Maaf, aku harus pergi. Ada hal lain
yang harus kulakukan.” Ucap Seo Hyun begitu menutup telepon. Ia bangkit dari
kursi dan beranjak pergi.
“Apa itu tadi Chang Min?”. Seo Hyun
menghentikan langkahnya. Ia memutar tubuhnya dan hendak berkata sesuatu.
“Jebal, jangan temui dia,” Aku memotong sebelum ia sempat bicara. “Dia tidak
pantas untukmu. Geu namja… geuneun saekkiya.*”
Seo Hyun menatapku tajam dan kembali
duduk dihadapanku. “Ulangi sekali lagi kata-katamu barusan, oppa.”
“Ssaekiya.”
Keheningan kembali menyelimuti kami.
Tatapan tajamnya beradu dengan tatapanku. “Kalau kau tahu apa yang dia lakukan,
kau tidak akan seperti ini,” Ucapku akhirnya.
“Memang apa yang dia lakukan? Oppa
bukan siapa-siapa. Oppa tidak punya hak untuk menilainya seperti itu!”
Balasnya.
“Apa laki-laki yang berjalan dengan
gadis lain dibelakangmu itu adalah laki-laki yang baik? Apa laki-laki yang
tertawa terbahak-bahak sementara kau sendiri kecewa adalah tipemu? Pikirkan,
Seo! Apa laki-laki yang sudah tertangkap basah seperti itu dan malah
menyombongkan diri adalah orang yang pantas untukmu? Cobalah berpikir
realistis! Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi dengan seseorang yang seperti
dia? Jangan bercanda! Kau bilang aku tidak punya hak? Aku merasa aku punya!
Karena aku menyukaimu, dan aku tidak sudi kau bersama orang macam dia!”
Tak kupedulikan orang-orang yang
akhirnya memperhatikan aku dan Seo Hyun. Masa bodoh. Kulihat Sung Min dan Jung
Soo hyung berlarian menghampiriku. “Ya, semua baik-baik saja? Kami lihat dari
luar sepertinya ada yang aneh.” Jung Soo hyung bertanya dan menepuk bahuku.
“Nan molla.**” Aku menepis tangan Jung Soo hyung dan beranjak meninggalkan
café.
-Flashback-
“Kita
harus bicara. Empat mata. Secara langsung. Temui aku di Kona Beans.”
Aku
mengakhiri panggilan dan beranjak dari kursiku dan pergi keluar café tanpa
menghiraukan Sung Min dan Jung Soo hyung yang terus memanggilku. Kuhampiri
laki-laki yang sibuk merangkul seorang gadis. “Shim Chang Min.”
Laki-laki itu menoleh. Begitu juga
gadis yang ia rangkul. “Kau masih mengingatku?” Tanyaku.
Chang Min tampak berpikir. “Oh, kau
yang waktu itu di bioskop? Benar?” Jawabnya.
“Ya, kau benar.” Aku tersenyum.
Senyum yang dipaksakan. Ingin rasanya aku memukul wajah yang tersenyum penuh
percaya diri itu. Kualihkan perhatianku pada gadis disebelahnya. Gadis itu
berkulit putih bersih, bertubuh mungil, dan wajahnya manis. Tampaknya gadis ini
begitu lugu. Sayang sekali gadis ini harus berpasangan dengan seorang monster.
“Oppa, Jiyeon sudah datang. Nan
kanda!***” Gadis itu berkata manja pada Chang Min lalu mencium pipinya.
Kemudian berlari menghampiri temannya yang sudah menunggu.
“Kukira kau pacaran dengan Seo
Hyun.” Ucapku seperginya gadis itu.
“Aku memang pacaran dengannya.”
Jawabnya santai.
“Lalu yang tadi itu apa?” Emosiku
mulai muncul. Bagaimana bisa laki-laki ini begitu tenang setelah terpergok
seperti itu?
Chang Min melangkah maju hingga
hampir tak ada jarak antara aku dengannya. “Menurutmu? Memang apa yang akan kau
lakukan? Mengadukanku pada Seo Hyun?” Seringaian terpasang di wajahnya.
“Kau tidak takut? Tidak ada rasa
penyesalan? Manusia macam apa kau, hah?”
Chang Min tertawa kecil. “Terserah
apa maumu, Tuan Cho. Seo Hyun sangat percaya padaku. Belum tentu ia akan
mendengar ‘omong kosong’mu itu,” Chang Min mendekatkan wajahnya padaku. “Jadi
semoga berhasil.” Bisiknya.
Hampir saja kepalan tanganku
menyentuh wajah Chang Min ketika seorang laki-laki berparas cantik menahan
tanganku. “Apa yang akan kau lakukan pada adikku?” Tanyanya.
Aku menarik tanganku. “Tanya sendiri
pada adikmu itu. Ajari dia bagaimana menjaga perasaan seorang gadis.”
“Apa yang telah kau lakukan?” Tanya
laki-laki itu pada Chang Min.
“Aku tidak melakukan apapun.” Balas
Chang Min lalu membuang muka.
“Shim Chang Min, lihat aku, aku
sedang bicara denganmu!”
Chang Min menatap kakaknya. “Aku tak
akan berkomentar apapun, Shim Jae Joong”
“Jelaskan itu nanti di rumah. Ayo.
Mobilku disana.” Jae Joong menarik adiknya pergi sementara aku hanya bisa
melihat mereka berdua.
-End
of Flashback-
Sabtu ini ada hal yang tidak biasa.
Tidak ada yang mengajakku main game dan tidak ada yang mengajakku nongkrong di
café. Kalian pasti tahu apa sebabnya. Uh’hum, Jung Soo hyung dengan Tae Yeon,
Sung Min dengan Sun Kyu. Sudahlah.
Aku masih sibuk berpacaran dengan
sofa empuk dan tentu saja, PSPku ketika suara bel berdering nyaring. Tsk. Akan
kukutuk siapapun yang menekan bel itu, meski orang itu adalah Song Hye Kyo
sekalipun.
“Sebentar! Tidak sabaran sekali!” Seruku dari
dalam. Tidak bisakah menekan bel sekali saja? Ha.
“Ni hao!****” Seorang gadis bermata
bulat berdiri di depan pintu sambil tersenyum lebar.
“Qian noona!” Segera kupeluk kakakku
yang sudah lama tidak kutemui. Walaupun bukan kakak kandungku, tapi kami sangat
dekat. “Kapan tiba? Kenapa tidak bilang padaku, aisshh.” Kuperhatikan dua koper
yang cukup besar di sisi kiri dan kanannya.
Qian noona terkikik. “Ah, adikku
yang satu ini memang paling manis! Aku bisa pulang sendiri, memangnya aku ini
anak kecil?” Ujarnya sambil mengacak rambutku.
“Aish, noona! Sudah, ayo masuk!”
Perintahku sambil mendorong tubuhnya masuk kerumah lalu keluar lagi untuk
mengangkat dua kopernya yang…. Seberat lemari.
To Be Continued…
* = Laki-laki itu… Dia bajingan.
**
= Tak tahulah
***
= Aku pergi
****
= Halo / Hi dalam bahasa mandarin
1 comments:
Your Affiliate Profit Machine is waiting -
Plus, getting it set up is as easy as 1-2-3!
Here's how it works...
STEP 1. Choose which affiliate products you want to promote
STEP 2. Add PUSH BUTTON traffic (it LITERALLY takes 2 minutes)
STEP 3. See how the system grow your list and sell your affiliate products on it's own!
Are you ready to start making money???
Your MONEY MAKING affiliate solution is RIGHT HERE
Post a Comment